yuanayu.com

Lika-Liku Maya Stolastika Sejahterakan Petani Lewat Pertanian Organik

23 komentar

 

maya stolastika memilah sayur organik di kebun
dok/yuana fatwalloh

Suara riuh terdengar dari sebuah kebun di sudut Dusun Sembong, Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Ternyata, suara itu berasal dari rombongan ibu-ibu yang tengah asik memetik sayuran. Sayuran ini bukan sembarang sayuran, melainkan sayuran organik. Maya Stolastika adalah pemilik kebun organik ini. Maya ingin mendongkrak kesejahteraan petani lewat pertanian organik. 

Maya menyulap tanah seluas 2.500 meter persegi itu menjadi kebun organik. Tanah ini menjadi salah satu kebun yang diolah Maya dengan metode pertanian organik. Ada berbagai macam tanaman organik diantaranya selada, pakcoy, caisim hingga daun mint. Ia juga menelurkan brand dengan nama Twelve's Organic untuk hasil produk petanian dan turunananya. Brand yang disematkan itu berasal dari asah perjuangannya membangun pertanian organik sejak tahun 2008. Lantas seperti apa kisahnya? Yuk simak lebih lanjut. 

Bagaiamana Maya Stolastika Kenal Pertanian Organik? 

Maya stolastika pemenang anugrah astra 2019 sedang mengemas sayur organik
dok/yuana fatwalloh

Maya mengenal pertanian organik pertama kali saat mahasiswa. Namun, perempuan asal Flores ini bukan mahasiswa pertanian ataupun agrobisnis. Maya adalah mahasiswa Sastra Inggris di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. Saat itu, Maya tengah mengikuti unit kegiatan mahasiswa senam yoga. Maya dan beberapa temannya ditugaskan belajar kepada guru yoga di Bali. 

Lantas, Gurunya pun memberi jus wortel murni kepada Maya dan teman-temannya. Awalnya, Maya ragu akan menyantap jus itu. Bagaimana tidak? jus wortel tanpa gula biasanya kurang nikmat.

"Gurunya vegetarian, sementara kita pada enggak doyan sayur, mau tidak mau kita harus ikut hampir tiga minggu, datang langsung disambut wortel," ujar Maya saat ditemui di kebunnya, Sabtu 19 November 2022. 

Akan tetapi, keraguan itu pupus tatkala ia meminumnya. Jus wortel itu terasa segar dan nikmat. Ia bertanya-tanya dan keheranan, bagaimana rasa jus wortel itu berbeda dengan di Surabaya?

"Tapi wortelnya kok beda, kok tidak lengur, manis, beda, kami tanya karena menggunakan organik," imbuhnya. 

Selama tiga pekan ia belajar yoga dan belajar pertanian organik secara filosofis. Maya belajar melihat bahwa mahluk lainnya harus dipandang laiknya manusia. Seperti tanaman yang harus dirawat dengan baik. Pertumbuhannya tidak boleh diintervensi dan roda paksa dengan zat-zat kimia maupun pestisida. 

Usai bertandang ke Bali, Maya dan empat kawannya semakin tekun mempelajari pertanian organik. Ia juga belajar kepada suster gereja bagaimana bercocok tanam dengan teknik organik. 

"Ke gereja diarahkan ke biarawati pengen tahu pertanian organik dan memang banyak dikembangkan oleh biarawan Katholik," terangnya. 

Perjalanan Maya Stolastika Membangun Pertanian Organik

Pertanian organik di desa claket pacet mojokerto
dok/ tangkap layar instagram @twelves.organic

Tahun 2007, Maya menjadi salah satu penerjemah konferensi anak-anak Internasional yang diadakan Pemerintahan Kota Surabaya. Salah satu agendanya berkunjung ke Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Ternyata, Maya jatuh cinta dengan nuansa Desa Claket dan memilihnya sebagai lahan pertanian organik. 

"Di situ awal mula kami jatuh cinta dengan tempat ini. Baru pertama kali merasakan energi, atmosfer, dan ketenangan, tanah subur," ungkap Maya. 

Maya -yang masih berstatus mahasiswa- bersama empat temannya menyewa lahan dengan luas 2.500 meter persegi di tahun 2008. Mereka berempat menggunakan modal patungan dan terkumpul sebesar Rp10 juta. Uang itu juga digunakan untuk membeli bibit, pupuk hingga memberi gaji tiga buruh tani. Akan tetapi jalan Maya tak berjalan mulus, banyak tantangan yang dihadapinya. Sedikitnya, ada empat kali percobaan tanam sayur yang dilakukan, namun baru satu kali berhasil. 

"Jadi petani masih kagok karena istilahnya enggak pakai pestisida, jadi tanam gagal, tanam lagi gagal. Berhasilnya sawi itu sekali aja," papar Maya. 

Rintangan Maya tak berhenti, 1,5 ton sawi yang telah dipanen, tak bisa mengembalikan modalnya. Ia terkendala dengan strategi pemasaran hasil panen. Maya dan teman-temannya masih awam dengan bisnis pertanian. Maya menjajakan sawi dari pintu ke pintu, dari satu kafe ke kafe lainnya dan dari restoran hingga supermarket. Namun, tak membuahkan hasil. 

Hasil panen sawi itu pun dijual di Pasar Keputran, Surabaya. Akan tetapi, ia merugi lantaran hasilnya tidak memuaskan. 

"Ternyata rugi, karena enggak paham pasar jadi waktu itu enggak tahu juga di Keputran ada beberapa kali tahap buka harga jadi kan fluktuatif (harganya enggak stabil)," terang Maya. 

"Jadi (modal) Rp10 juta kembali hanya Rp2,5 juta dengan kata lain kita masih berhutang Rp7,5 juta," tambahnya. 

Hasil pertanian yang merugi membuat tiga temannya berhenti menggeluti pertanian organik. Sementara itu, Maya dan Herwita terus melaju kendati banyak batu sandung hingga di titik terendahnya di tahun 2014. Modalnya habis tersisa hanya Rp1 juta. Lantaran, pemilik lahan yang disewa terlibat konflik berimbas kebun diracun orang tak dikenal. Padahal, tinggal menghitung hari untuk proses panen. 

"Ya udahlah masukin modal (lagi), modal semua kita masukin ternyata begitu semua dimasukin, tinggal panen lagi, diputus sepihak," ungkapnya. 

Maya harus mengais uang receh di toples yang tak sengaja dikumpulkan sejak 2012. Uang itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Waktu itu saya belanja ke warung beli indomie bawa uang koin agak malu sebenarnya. Istilah kita pada posisi enggak tahu besok mau makan," bebernya. 

Tahun pun berlalu, lika-liku bisnis telah menempahnya. Maya bangkit kembali, ia telah banyak belajar tentang bisnis dan dunia pertanian. 

"Belajar Belajar sistem manajemen, rolling, pekerja kasar saya minta tolong orang. Tapi yang bisa saya kerjakan saya kerjakan sendiri, saya tidak cari buruh tani," jelasnya. 

Cara Maya Stolastika Sejahterakan Petani Lewat Pertanian Organik

Kebun organik di pacet mojokerto
dok/ yuana fatwalloh

Tahun 2017, Maya mendirikan Twelve's Organic sebagai brand produk pertanian organik miliknya. Twelve's Organic berkembang pesat, kini dapat memiliki 9 kebun, 14 petani dengan memasok kebutuhan 300 rumah tangga, 3 minimarket ditambah 2 supermarket di seluruh Indonesia. 

"Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Gresik Malang, lalu ada Jakarta, Bogor end user langsung, komunitas," katanya. 

Selain itu, Maya juga tak segan berbagai ilmu kepada warga sekitar. Twelve's Organic kerap memberi edukasi dan pelatihan perihal bercocok tanam secara organik. Bahkan, sedikitnya ada 25 petani tergabung dalam kelompok tani di bawah asuhan Twelve's Organic. Kelompok petani ini diantaranya Kelompok Petani Madani dengan fokus sayuran organik dan Kelompok Petani Swadaya dengan buah raspberry dan blueberry sebagai fokusnya. 

Maya menyebut, petani bebas menanam sayur maupun buah yang diinginkan dengan pertanian organik. Petani tidak perlu lagi menunggu permintaan dari pasar. 

"Petani melihat konsumen hanya meminta itu (komoditi tertentu). Tapi justru konsumen melihat karena petani hanya menyediakan itu. Akhirnya, sampah makanan kita banyak karena ada satu komoditas yang produksinya berlebih," paparnya. 

Maya menilai, pola pemasaran itu perlu diputus. Jika tidak, petani akan merugi terus-menerus. Pasalnya, jika satu komoditi diproduksi berlebihan dan berbanding terbalik dengan permintaan. Maka, harga akan anjlok. Petani yang akan menjadi objek merugi dan produk akan terbuang sia-sia. 

Maya menyebut, petani harus punya pasar sendiri dengan cara menjual langsung, dengan reseller seperti supermarket dan end user atau pengguna langsung. Sehingga, dalam keadaan apapun petani tidak gampang dibuat rugi. 

"Itu lah pemasaran terbaik bahwa market adalah menarik," jelasnya. 

"Selama Pandemi Covid-19 tidak masalah, walaupun PPKM kita masuk kepada kebutuhan esensial dan tiga-tiganya jalan semua," jelas Maya. 

Baca juga: Desa Wisata Taman Ghanjaran di Trawas Mojokerto

Pertanian Organik Lumbung Pangan Masa Depan

Sementara itu, Maya mengungkapkan pertanian organik dapat menjaga "investasi" masa depan yang lebih menjanjikan. Sebab, pertanian organik dapat menjawab tiga isu penting yang sedang hangat saat ini. Yakni, pangan, kesehatan dan lingkungan. 

"G20 kemarin berbicara itu, long lasting, yang pertama adalah siapa yang tidak butuh maka, yang kedua adalah kesehatan. Ini menjadi salah satu faktor yang sangat menjadi perhatian masyarakat terutama setelah masuk dalam masa pandemi covid-19 dan yang ketiga adalah lingkungan siapa yang tidak mau tinggal di daerah hijau bersih udaranya," Terang Maya. 

Atas jerih payahnya, menghantarkan Maya meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU) Indonesia Awards tahun 2019 di bidang lingkungan. Anugrah itu diberikan sebagai bentuk apresiasi dan dukungan atas berkontribusi aktif mendongkrak kesejahteraan dan perekonomian petani lewat pertanian organik di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. 


yuanayu
Housewife, former journalist, content writer | blogger lifestyle my Instagram @yuanayu.uuu

Related Posts

23 komentar

  1. Masha Allah ya, keren sekali sosok mbak Maya ini. Andai semua petani memiliki prinsip kayak Mbak Maya, emang enggak mungkin sih, tapi disitu malah jadi pembeda.Sy jadi yakin, pertanian organik bakal jadi terobosan yg diburu byk orang kedepannya. Dan selamat ya Mbak Maya atas jerih payahnya terbayar. Dpt apresiasi dari Astra

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar mbak, keren sekali. Dari kisah Mbak Maya, saya jadi punya ketertarikan dengan pertanian organik :D

      Hapus
  2. Keren sekali mba Maya stolastika meski lulusan sarjana sastra Inggris namun punya visi yg bagus untuk memanfaatkan hasil pertanian organik, pingin juga, nih seperti mba Maya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga pengen mbak hehe... awalnya enggak aware sama isu pangan dan lingkungan yang lagi happening diomongin waktu G20. Setelah ngobrol sama Mbak Maya jadi punya ketertarikan hehe

      Hapus
  3. Masha Allah inspiratif sekali, nggak hanya peduli pada diri sendiri namun juga orang lain dan lingkungan juga. Jadi pingin lihat deh perawatan pertanian organiknya secara langsung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, memang Mbak Mata sangat menginspirasi sekali. Saya pun tergerak untuk bertani secara organik hehe

      Hapus
  4. Pertanian organik benar-benar dibutuhkan saat ini, mengingat yang ada di pasatan dan kita konsumsi setiap hari sudah sebagian besar menggunakan pestisida. Jadi mau tidak mau akan berpengaruh oada kesehatan kita. Sosok Maya dkk keren bisa bertahan dalam berjuang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar pak, apalagi ilmunya dibagi cuma-cuma. Mereka ngasih manfaat buat sekitar

      Hapus
  5. keren inspiratif sekali mbak maya ini, salah satu cara kita untuk memperbaiki alam adalah dengan pertanian organik, semoga pola tanam organik ini bisa berkembang luas sehingga bisa mengurangi penggunaan pestisida.

    BalasHapus
  6. Kami di Sukabumi, beberapa sekolah sudah memasukan pendidikan lingkungan hidup yang didalamnya termasuk tentang penanaman hidroponik. Semoga kisah inspiratif Mbak Maya menambah motivasi untuk terus menularkan virus kebaikan termasuk simbiosis kita dengan alam melalui pertanian hidroponik ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah keren kak, jadi sedari dini bisa aware ya. Apalagi kalau organik. Tentunya jadi lebih higienis dan sehat ya. Semoga di sekolah anakku juga ^^

      Hapus
  7. menginspirasi ya Bu Maya ini, keren sekeli. indonesia ini subur dalam banyak hal, jika dikelola dengan tepat tentu saja akan banyak menghasilkan. Jangan sampai petani yang telah bersusah payah bekerja malah rugi bukan untung, salah satu faktornya adalah keterbatasan informasi. Semoga informasi yang tepat dapat diperoleh petani agar bisa bercocok tanam yang benar dan dapat memasarkannya dengan baik

    BalasHapus
  8. masyaa Allah inspiratif sekali padahal masih muda...
    pertanian organik salah satu cita-cita suami dalam membangun bisnis

    BalasHapus
  9. Masya Allah keren banget si, aku pun pengen deh punya usaha sekaligus bahan bakunya juga produksi sendiri biar terjamin organik gitu. Cuma ya masih dalam angan-angan. Kayaknya bisa ya belajar ke mba maya ini.

    BalasHapus
  10. Pertanian organik memang sedang booming yaa...selain sisi marketing kita juga harus memperhatikan kesejahteraan petani nya

    BalasHapus
  11. Inspiratif sekali sosok Maya ini ya mbak. Keren banget disaat jatuh tapi tak mudah menyerah sehingga berhasil mensejahterakan bukan hanya dirinya, tapi juga petani lain. Sarjana sastra Inggris juga bisa sukses di bidang pertanian. Gak heran kalau dapat penghargaan dari Astra.

    BalasHapus
  12. Masyaallah, semangat dan daya juangnya keren bgt, ya. Penasaran sama temen2nya yang menyerah. Hihi. Tp keren sih, mereka masih usia muda (mahasiswa) aja udah berani ngambil langkah buat memulai.

    BalasHapus
  13. Menginspirasi sekali mba Maya ini, keren. Berani mengambil langkah besar ketika masih sangat muda (mahasiswa). Semua terbayar ya ketika kini bahkan mampu mensejahterakan orang lain. Hebat dan membuat saya pun tertarik untuk mencoba bertanam hidroponik.

    BalasHapus
  14. Keren!! Lulusan sastra beralih ke pertanian... Suamiku yang lulusan pertanian pasti ngiler lihat kebun mbak Maya. Perjuangannya keren banget, Jatuh bangun membuat hasil kebun organic patut ditiru. Semangat terus mbk Maya, kami menunggu hasil kebunmu yang alami itu.

    BalasHapus
  15. Salut dengan Mbak Maya. Inspirasi banget kisahnya. Jatuh bukannya patah semangat tapi maju terus. Jadi malu sendiri sama mental yang masih melempem. Jatuh langsung ndelosor

    BalasHapus
  16. Selalu suka baca kisah di balik kesuksesan seseorang. Tidak ada yang namanya hasil instan.
    Luar biasa....
    Menjadi pioneer memang tidak pernah mudah

    BalasHapus
  17. Masya Allah, kisah yg inspiratif sekali.. gk harus sama dgn latar belakang pendidikan, yang paling dibutuhkan sekarang ini adalah proses dan ada kemauan yaa

    BalasHapus

Posting Komentar