Semakin malam semakin ramai, nampak beberapa pemuda usia tanggung duduk tertunduk di sebuah rumah berwana hijau. Raut wajah mereka nampak serius, sesekali tersenyum, tertawa bahkan mengumpat. Bukan tanpa sebab, mereka tengah bermain game di ponsel sembari ditemani secangkir kopi dan pisang goreng. Ada juga yang menyandingkan kopinya dengan sebatang rokok.
Saban hari para remaja ini duduk di warung itu tanpa absen. Tentu saja untuk menikmati wifi gratis hanya dengan membeli secangkir kopi atau es. Membuka YouTube, Tiktok, bermain games tanpa lelah hingga dini hari.
Minat Baca Indonesia Rendah
Fenomena ini membuat saya mengernyitkan dahi. Pasalnya, mereka nampak candu dengan sosial media dan games di ponsel. Selepas salat magrib, tanpa babibu batang hidung mereka sudah nampak di warung hijau pojokan sekolah. Mereka tak nampak membawa buku ataupun tas, yang dibawa hanya gawai. Lantas kapan mereka belajar? Kapan mereka membaca dan mengerjakan tugas sekolah?
Rendahnya literasi ini mengingatkan saya terhadap temuan UNESCO beberapa tahun lalu. Berdasarkan data statistik UNESCO, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara dengan minta baca rendah. Kenyataan ini memang menjadi tamparan keras bagi kita semua.
Pengaruh Minat Baca Rendah
Rendahnya literasi di Indonesia tentu berdampak besar saat kemajuan teknologi semakin tak terbendung. Salah satunya adalah pertumbuhan pesat berita bohong atau hoaks. Hoaks ini menyebar dengan mudah dalam ruang percakapan online maupun media sosial. Sebab, ketidaktahuan masyarakat soal kebenaran kabar tersebut.
Seperti kabar baru-baru ini, tersebar di lini masa Facebook informasi terkait tragedi di Itaewon Korea Selatan disebabkan oleh vaksin Covid-19 AstraZeneca. Sebuah akun Facebook bernama Lintias Else dalam sebuah forum menyebut, bahwa kematian mendadak sejumlah orang dalam kerumunan Halloween di Itaewon karena vaksin AstraZeneca.
"Festival Halloween di Itaewon diadakan tiap tahun & selalu berjubel pengunjung. Kenapa baru sekarang banyak korban gagal jantung? Karena tahun ini hampir semuanya udah divaxsin AstraZeneca,’’ tulisnya.
Akun tersebut mengatakan AstraZeneca menyebabkan pembekuan darah berujung jantung terhenti sehingga banyak korban jiwa berjatuhan di Halloween Itaewon. Padahal, fakta mengungkapkan sekitar 153 orang meninggal dunia pada Halloween Itaewon disebabkan kondisi massa yang crowded dan banyak orang berhimpitan. Hal itu menyebabkan suplai oksigen ke dalam tubuh berkurang berakibat jantung berhenti.
Persebaran berita bohong ini banyak beredar ketika ada hal besar, seperti pemilu, becana alam hingga tragedi. Kendati fake news, banyak orang yang masih percaya dan menelan informasi secara mentah-mentah.
Fenomena ini menggambarkan bagaimana masyarakat Indonesia sebetulnya tidak siap dengan kemajuan teknologi. Kondisi masyarakat yang tidak memiliki kecintaan terhadap bacaan, tetapi digempur kecanggihan teknologi pada akhirnya "jomplang" alias tidak seimbang. Kondisi ini menyebabkan banyak orang terombang-ambing arus kemajuan teknologi, mengikuti tren, hingga bersikap reaktif tanpa mencari tahu mana yang baik dan buruk.
Siapa Sih Sosok Pahlawan Literasi di Era Digital?
Di sisi lain, beberapa orang tetap konsisten menulis. Tulisan-tulisan mereka abadikan dalam wadah bernama blog. Kendati berupa curhatan, catatan perjalanan atau sekadar melepas kegundahan, secara sadar maupun tidak orang-orang ini telah bekerja untuk keabadian. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer dalam cerita Rumah Kaca bahwa,
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah
Tulisan-tulisan mereka mampu membawa nilai dan pengetahuan bagi setiap orang yang membacanya. Karena menulis bukan sekadar mengetik dan membombardir kertas dengan coretan-coretan, melainkan berpikir, meriset, membaca dan meresapi kata demi kata. Sehingga, ciamik untuk disampaikan kepada khalayak.
Misalnya, menulis curahan hati tentang anaknya yang kerap dibanding-bandingkan tetangga. Tentu, tulisannya bukan sekadar keluh-kesah tentang mulut tetangga. Setidaknya, ia akan merenung, melakukan studi literasi dan mencoba mengaitkan curahan hatinya dengan ilmu parenting dan psikologi. Sehingga, tercipta untaian kalimat yang berjajar rapi menjadi kisah menarik.
Oleh karena itu, sepatutnya kita berterima kasih dengan orang-orang ini. Adalah para blogger yang senantiasa ikut andil dalam dunia literasi digital. Blogger adalah sosok pahlawan literasi yang hadir menyesuaikan perkembangan zaman.
Meski, kerap diragukan, dipandang sebelah mata dan keberadaannya dipertanyakan, hari pahlawan ini menjadi media kontemplasi bahwa blogger tetap produktif di tengah-tengah kecanggihan kecerdasan buatan. Blogger tetap bertahan saat gempuran sosial media banyak menyajikan audio visual. Blogger akan meninggalkan warisan literasi yang sampai kapan pun dapat dinikmati setiap orang dari jejak digitalnya.
Benar ya, kalau dipikir-pikir sebagai bloger kita bisa jadi pahlawan literasi di tengah masyarakat yang gagal paham.
BalasHapusPahlawan tanpa tanda jasa ya pak hehe
HapusNggak terpikirkan dan nggak terbayangkan kalo selama ini bloger bisa menjadi salah satu pahlawan literasi di tengah canggihnya teknologi. Jadi tambah semangat ngisi blog. Karena kita nggak akan tau, tulisan mana yang bisa memberi inspirasi untuk orang lain.
BalasHapusWah betul sekali mbak. Jadi semangat dan makin pd buat nulis terus. Padahal, dulu sering mikir dia tiga kali buat nulis. Sekarang jadi loss aja. Yang penting nulis dulu heheh
HapusWah iyaa blogger itu pahlawan literasi karena baca dan riset berbagai banyak hal. Bangga bgt jadi blogger 🥰
BalasHapusAlhamdulillah kalo punya kesadaran posisi kita tuh strategis gitu jadi semangat buat nulis yng lebih berkualitas. Semangat buat baca, semangat buat riset hehe
HapusBenar saja ya mba, blogger disebut pahlawan karena disetiap tulisannya menebar nilai-nilai manfaat yang mampu memberikan dampak positif bagi pembacanya. Penggerak literasi yang karyanya tak akan lekang oleh masa. Keren banget!
BalasHapusSemoga terus istiqamah ya mbaak, semangat :D
HapusJadi PR juga untuk kita sebagai blogger untuk memberikan tulisan-tulisan yang dapat memberikan pencerahan bagi setiap pembacanya, ya.
BalasHapusMudah-mudahan kita semua dapat menjadi penggerak literasi yang memberdayakan pembacanya. Amin
Benar pak, allahumma aaminn barakallah pahlawan literasi
HapusNgeri banget ya kalau hoaks disebarkan seperti itu...jadinya tulisan-tulisan seperti ini memang menjadi bagian dari edukasi dan literasi bagi masyarakat
BalasHapusTerharu, walaupun merasa blm bisa memberi apa2 sbg blogger, tapi Insya Allah jadi penyemangat diri sendiri jg sih buat terus menyampaikan hal-hal baik dan benar..
BalasHapusWah selamat untuk pahlawan literasi, para blogger memang harus dekat dengan dunia literasi. Tanpa dekat literasi blogger ga akan maju
BalasHapusTulisan nya keren banget, bisa menyadarkan kami para blogger ternyata kita mempunyai amanah besar lho sebagai pahlawan literasi. Memberikan tulisan yg bermanfaat dan dengan kebenaran yg sudah di riset.
BalasHapusMemiliki pengetahuan dan rajjn membaca memang membuat pribadi tidqk mudah termakan hoaks.
Aku yang dulu lumayan hobi baca buku makin ke sini juga makin berkurang minat sama baca, lebih seneng nonton huhuhu
BalasHapusPadahal sebagai blogger harus banyak baca biar tulisannya semakin bisa memberikan makna buat orang lain :")
blogger adalah pahlawan (walau) tanpa tanda jasa ya mbak, sempat baca quote ini di status bloger senior, jadi menyadarkan saya untuk menguatkan riset sebelum menulis dan menulis yang benar dan baik, bukan hanya sekedar menulis
BalasHapusJadi semakin semangat berkarya deh.. plus jadi pengingat diri biar nulisnya nggak asal-asalan ya mbak. Keep blogging, keep sharing.
BalasHapus