Sekilas mirip pukis, bentuknya setengah lingkaran dimasak dengan cetakan khusus. Makanan ini asli dari Betawi. Orang-orang menyebutnya kue pancong. Jajanan tradisional Betawi ini sudah ada sejak zaman dahulu yang dijajakan dipinggir jalan. Sekarang, jajanan ini bisa dinikmati dengan sentuhan kekinian. Bisa dikatakan, pancong menjadi jajanan tradisional berbalut modern bukan?
Tidak hanya itu, pancong dengan wajah modern ini telah menjadi makanan tradisional yang "naik kelas". Makanan ini hadir sebagai hidangan penutup di kafe-kafe atau restoran.
Seluk Beluk Kue Pancong
Saya belum menemukan literatur bagaimana sejarah kue pancong di masyarakat Betawi. Menurut beberapa sumber, pancong berasal dari dua kata, yakni "pantatnya dicongkel". Kenapa demikian? Pasalnya, dalam proses pembuatan pancong, pedagang menggunakan besi berbentuk kail untuk mencongkel atau mengangkat kue yang sudah matang.
Sementara itu, ada beberapa kue yang memiliki kemiripan dengan pancong baik bentuk dan proses pembuatan. Salah satunya yang telah saya sebutkan, yakni pukis, rangin dan gandos. Nah untuk membedakan antara pancong dan tiga kue itu yuk simak.
Kue pancong terbuat dari campuran tepung beras, santan, garam, gula dan kelapa parut. Jajanan ini lebih gurih dan asin dibanding kue rangin. Sedangkan, cetakan yang digunakan lebih pendek dan kecil dibanding kue pukis.
Kemudian, tekstur kue pancong lebih padat dibanding kue pukis yang lembut dan ringan. Sementara itu, kue pancong memiliki kemiripan bahan dengan kue gandos. Akan tetapi, proses pembuatannya yang berbeda. Tepung beras pada kue gandos dimasak terlebih dahulu hingga menjadi bubur.
Pancong Tak Lekang Oleh Zaman
Awalnya aneh, kue pancong ada di Trenggalek Jawa Timur. Wah jauh sekali ya dengan Jabodetabek, di mana banyak bermukim masyarakat Betawi. Akan tetapi, emang benar ada di Trenggalek.
Lokasinya tepat di Jalan Gandusari - Kampak tepat depan mini market Indomaret Kartini, Kecamatan Gandusari, Trenggalek. Dari pusat kota sekitar 20 menit menggunakan sepeda motor. Sedangkan, 24 menit menggunakan kendaraan roda empat.
Sementara itu, sekitar 28 menit dari Kecamatan Durenan, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tulungagung.
Lokasi kuliner ini dapat dengan mudah ditemui, pasalnya berada di warung container dengan warna pink fanta yang mencolok.
Cita Rasa Pancong Tradisional Berbalut Modern
Melihat kudapan kue pancong di depan mata sungguh menggugah selera. Bagaimana mana tidak?
Pembeli dibebaskan memiliki berbagai macam toping legit yang disediakan seperti glaze beraneka rasa, almond hingga choco chips. Harganya pun cukup murah yakni dimulai dari Rp7 ribu hingga Rp8 ribu.
Kali ini saya membeli pancong dengan rasa coklat dan greentea serta topping keju. Harganya cukup murah yakni Rp10 ribu. Harga ini terdiri dari Rp8 ribu dengan taburan glaze campur dua macam dan harga Rp2 ribu untuk tambahan satu jenis topping.
Pancong ini disajikan dengan hangat. Pancong jenis ini memiliki tekstur yang cukup lembut pada gigitan pertama. Selain itu, kue ini dimasak dengan kematangan sedang.
Adonan kue tak terlalu manis dan juga tidak asin. Pas untuk dimakan bersamaan dengan glaze greentea dan coklat. Akan tetapi, menurut saya rasanya hampir mirip dengan kue pukis yang dimasak setengah matang. Tidak ada campuran parutan santan laiknya pancong original.
Apakah Worth It Dicoba?
Tentu layak dong. Apalagi, bagi kamu yang ingin mencoba kue ala-ala kekinian. Akan tetapi, jika kamu mencari kue pancong yang khas otentik tentu "pancong modern" ini bukanlah tujuannya. Pasalnya, kue ini merupakan modifikasi fisik dan rasa dari kue pancong. Notabene, rasa khas dari kue pancong tidak nampak jelas dan lebih dominan ditutupi dengan berbagai rasa toppingnya. Tapi, kalau ingin coba-coba apa salahnya? Toh cukup enak kok!
Posting Komentar
Posting Komentar