17 Agustus 2020, 75 tahun Indonesia telah mermerdekakan diri dari penjajahan Jepang. Perjuangan kemerdekaan Indonesia tentu berkat usaha dan gotong royong seluruh anak bangsa. Termasuk, peran kiai dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Para tokoh Islam memanfaatkan pendekatan Jepang terhadap kalangan Islam untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Pendekatan Jepang terhadap Islam melalui Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dengan perantara Abdul Hamid Ono --seorang berkebangsaaan Jepang yang beragama Islam. Abdul Hamid Ono meminta kepada KH. A. Wachid Hasyim untuk mengerahkan santrinya bergabung di Heiho melawan Sekutu di Birma dan Kepulauan Pasifik. KH. A. Wachid Hasyim menolak permintaan itu, ia beralasan santri-santri tidak profesional dalam militer akan merepotkan tentara Jepang. Sehingga para santri lebih baik diberikan pelatihan militer dan berjuang mempertahankan tanah airnya dibandingkan dengan berperang di Birma dan Kepulauan Pasifik.
Alasan itupun diterima dan dibetuklah Lasykar Hizbullah atau tentara Allah oleh para tokoh Masyumi pada tahun 1944. Meski, pembetukan pasukan dari pemuda muslim telah diusung oleh pemimpin-pemimpin Islam semenjak September 1943 dengan korp Sukarela Muslim, namun ditolak oleh pemerintah Jepang. Izin pendirian Lasykar Hizbullah dari pemerintah Jepang diperoleh setelah satu bulan Perdana Menteri Jepang Menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia pada 7 September. Hizbullah kali pertama diumumkan oleh Panglima Bala Tentara Jepang, Jenderal Kamakichi Harada.
Menurut anggaran dasar, Lasykar Hizbullah mempunyai tugas militer dan keagamaan. Dalam bidang militer Lasykar Hizbullah hanya sebagai korps cadangan PETA (Pembela Tanah Air) untuk melawan Sekutu. Walaupun sebagai korps cadangan PETA, Lasykar Hizbullah tidak banyak bekerja sama dengan PETA. Lasykar Hizbullah dengan PETA bergerak sendiri-sendiri, hanya satu kali PETA dan Lasykar Hizbullah yang melakukan pelatihan bersama, pada bulan-bulan akhir pendudukan Jepang.
Secara resmi Hizbullah berdiri pada tanggal 14 Oktober 1944 dibawah nauang Masyumi. Lasykar Hizbullah sebagai badan otonom senjata dari Masyumi.
Markas tertinggi Lasykar Hizabullah berada di Jakarta. Lasykar Hizbullah dengan diketuai oleh H. Zainal Arifin, wakil ketuanya adalah Mr. Mohammad Roem. Kemudian, para tokoh mengkampanyekan Hizbullah di seluruh wilayah Indonesia, dari Jawa, Sumatra, Klimantan hingga Sulawesi. Pada pertengahan Desember 1944, Lasykar Hizbullah menjaring suksrelawan. Kali pertama pendidikan kemiliteran dipusatkan di Cibarusa, Karesidenan Bogor Jawa Barat. Diikuti oleh 500 pemuda Islam yang mengikuti pelatihan antara 18 hingga 25 tahun.
Hizbullah juga ikut turut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pergerakan Lasykar Hizbullah melawan Belanda ditandai dengan Resolusi Jihad dari KH. Hasyim Asy'ari. Perlawanan Hizabullah terhadap Belanda dan Sekutu meletus diberbagai daerah, termasuk pada peristiwa 10 November 1945.
Berbagai sumber:
Hasyim Latief, Laskar Hizbullah Berjuang Menegakkan Negara RI, (Jakarta: Lajnah Ta'lif wa Nasyr PBNU, 1995)
Cornelis van Dijk, Darul Islam, (Jakarta Puasat: Grafiti Pers, 1983)
Amak, F. z. Gugurnya Kyai Ilyas. (Lumajang: PCNU Kab. Lumajang. 2007)
Posting Komentar
Posting Komentar