yuanayu.com

Cita-Citaku Ingin Menjadi Wartawan

Posting Komentar

Cita-citaku jadi wartawan

Wartawan, mendengar profesi ini disebut nampak sangat hebat dan membanggakan. Bagaimana tidak? Wartawan adalah orang pertama yang mendapat informasi sebuah peristiwa, kejadian dan isu sebelum publik mengetahuinya. Bahkan, wartawan adalah orang pertama yang memburu kebenaran informasi itu sebelum khalayak mendengarnya. Pasti banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi wartawan bukan?

Time Traveller: Ingin Menjadi Wartawan

Keretaku tiba di stasiun Jatinegara dini hari disambut oleh hujan. Suasana menjadi dingin nan sejuk usai hujan redah. Saya berharap mendapat keberuntungan saat matahari menyongsong.
 
Ini pengalaman pertama saya ke Jakarta seorang diri mengikuti seleksi wartawan di salah satu media online nasional. Walhasil, dalam seleksi dua tahap saya lolos dan berhasil bergabung sebagai bagian media online nasional itu.
 
Apakah cita-citaku menjadi wartawan? Tentu, keinginan ini bukan kecelakaan atau sekadar asal dapat kerjaan. Beberapa bulan sebelum resmi jadi wartawan, saya adalah seorang mahasiswa tingkat akhir.

Baca juga: Kue Pancong

Saya aktif dalam kegiatan mahasiswa baik di dalam kampus maupun organisasi mahasiswa di luar kampus. Menyenangkan, Hari-hariku di isi dengan rapat, diskusi, program hingga malam keakraban dan lainnya.

Suatu hari, saat saya membaca koran kampus terbesit dalam pikiran tentang profesi wartawan. Kala itu, memang saya hobi menulis, sekadar status di sosial media, karya ilmiah hingga opini di koran kampus.

Menjadi jurnalis bagi kebanyakan orang awam nampak keren dan prestisius. Memang tidak salah, jadi wartawan artinya ditempa menjadi orang yang mampu berbicara dengan siapa saja. Mampu menempatkan diri dengan keadaan apapun dan di mana pun. Berdialog dengan berbagai kalangan, status sosial, budaya, suku hingga daerah.

Bahkan, bukan hal sukar untuk terlibat obrolan dengan orang terkenal yang biasanya wara-wiri di televisi. Pejabat, politisi, aparat, jenderal, aktivis hingga kriminal misalnya.
Memang, wartawan bukanlah profesi terakhir saya. Akan tetapi, telah banyak hal yang saya peroleh. Mulai dari yang manis-manis hingga perkara asamnya hehehe...

Asam Manisnya Jadi Wartawan

Cerita jadi wartawan

Akhirnya, 3 bulan usai wisuda saya menjadi wartawan di Jakarta. Kendati suka menulis, lantas tak membuatku cakap dalam menulis berita. Ternyata, di luar bayangan saya enaknya menjadi wartawan. Sungguh tak semudah itu.
 
Sebagai jurnalis media online, saya dituntut untuk menulis berita dengan luwes, cepat dan tepat. Tidak hanya itu, proses pembuatan satu berita memakan beberapa tahap. Seperti, wawancara, transkrip hasil wawancara dan menulis berita.
 
Selain itu, wartawan juga dituntut untuk dapat menulis dalam kondisi apapun. Misalnya di perkampungan terdampak banjir, kamu bisa menulis berita saat kakimu terendam genangan banjir. Ataupun saat terjadi kecelakaan, kamu pun harus  bisa menulis berita langsung di tempat kejadian perkara (TKP).
 
Hal itu acap kali saya lakukan, salah satunya saat terjadi banjir di Kampung Melayu sekitar tahun 2018. Saya pun menulis berita sambil berjalan-jalan memantau suasana banjir. Selain itu, saya juga pernah menulis berita di dalam hiace yang cukup kencang saat arak-arakan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno (sekarang Menpar). Lantaran dikejar waktu, saya pun tetap melakukan transkip wawancara dan menulis berita. Kendati mabuk kendaraan, badan lemas dan mual. Rasanya ingin sekali muntah saat itu juga. 

Hal unik yang pernah saya alami adalah mewawancarai seorang pria yang mengaku telah menikah 99 kali. Atas "rekor" itulah saya ditugaskan  untuk mewawancarainya. Pria ini tinggal di pinggiran Jakarta bersama istrinya. Berbekal alamat yang tidak jelas, akhirnya saya pun dapat mewawancarainya dengan lancar.
Pernahkah kamu membaca artikel perempuan bercadar memelihara puluhan anjing? Nah, saya juga berhasil mewawancarainya berbekal dengan alamat palsu.
 
Bahkan, saat saya bertugas di Surabaya ada pula pengalaman yang patut dijadikan pelajaran. Adalah dimarahi Walikota Tri Rismaharini (sekarang Mensos). Bu Risma -panggilan akrabnya- marah kepada saya lantaran sebuah pertanyaan ketika doorstop. Saya masih ingat, pertanyaan itu tentang Jalan Raya Gubeng yang ambles.

Tidak hanya itu, doorstop berdesak-desakan mengawal kasus (alm) Vanessa Angle, tidak tidur semalaman untuk memantau OTT bupati Sidoarjo hingga terkena gas air mata saat demonstrasi mahasiswa. Itu semua jadi hal biasa.
 
Apakah kamu pernah melihat podcast Desta dan Vincen dengan Najwa Shihab soal banyak wartawan yang diintimidasi? Ya, itu memang benar beberapa kasus kerap terjadi. Saya pun mengalaminya saat kasus mahasiswa Papua di Surabaya. Lantaran salah paham, saya diintimidasi via twitter oleh beberapa orang yang mengaku aktivitis. Untungnya, saya dibantu oleh perusahaan menyelesaikan masalah itu. Akan tetapi, setelah kesalahpahaman berakhir dan postingan itu telah dihapus, tidak ada permintaan maaf secara pribadi kepada saya.
 
Namun, dari sinilah saya belajar adil sejak dalam pikiran, belajar berani, cakap dan tetap menulis dengan objektif apapun kondisinya. Menulis berdasarkan fakta, berimbang alias tidak berat sebelah serta tidak menyudutkan pihak mana pun.
 
Saya juga belajar untuk dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi, siapa yang diajak bicara, di mana saya berada dan bagaimana budaya serta adat istiadat setempat.

Bagaimana Caranya Menjadi Wartawan?

Cita-cita menjadi jurnalis

Tidak ada syaratnya khusus menjadi wartawan, apalagi harus linier dengan jurusan. Tentu tidak, buktinya saya dan beberapa senior di kampus memiliki jurusan berbeda tetap bisa menjadi wartawan.
 
Paling dasar adalah gemar menulis. Gemar menulis menjadi basic awal sebagai wartawan. Akan tetapi, banyak pula teman saya yang "putus di tengah jalan" lantaran tak kuat dengan profesi ini. Bukan mereka tak lihai mengolah kata, akan tetapi bagi sebagian orang menilai bahwa profesi ini cukup berat. Kenapa? Sebab, menguras fisik dan waktu. Lantas bagaimana mengatasinya? Tentu mental, mental harus kuat seperti baja. Lalu? Coba rasakan sendiri jika ingin menjadi wartawan, tanya mulu hehehe.. 

yuanayu
Housewife, former journalist, content writer | blogger lifestyle my Instagram @yuanayu.uuu

Related Posts

Posting Komentar