Tidak dipungkiri gaya hidup seseorang dapat dilihat dari barang atau benda-benda yang dimiliknya. Nampaknya, gaya hidup konsumerisme menjadi trend di kalangan anak muda zaman sekarang. Misalnya, kepemilikan iPhone, tas branded, hingga nongkrong di kafe-kafe fancy bak seorang exmud alias executive muda.
Bahkan, untuk masuk ke dalam suatu kelompok pertemanan disyaratkan wajib mempunyai barang-barang yang dianggap kelas atas.
"Kalau ga pakai iPhone 13 Pro Max enggak bisa masuk tongkrongan kita ya!?"
"Sorry, circle kita pakenya Dior, Gucci, dan kawan-kawannya itu lho!"
Sementara itu, apakah kamu ingat jasa sewa iPhone? Fenomena ini sempat menggegerkan jagad maya di tahun 2021. Jasa sewa iPhone sempat menjadi topik hangat di media sosial Twitter dan pemberitaan media mainstream.
Tentu, bagi pemberi sewa kesempatan itu menjadi ladang cuan. Sedangkan, hal ini menjadi angin segar bagi yang mendambakan iPhone tapi tak kesampaian.
Bergayalah Sesuai Isi Kantong
Dalam liputan televisi nasional banyak anak muda yang memanfaatkan jasa sewa iPhone. Mereka menggunakan jasa sewa iPhone dengan berbagai alasan. Mungkin untuk foto di depan wastafel mall atau dibawa ke acara alumni, arisan maupun keluarga hehe
Menggunakan iPhone memang nampak berkelas. Pasalnya, iPhone kerap digunakan oleh kalangan kelas atas. Tentu, kalangan ini bukan tanpa sebab menggunakan iPhone. Selain fiturnya yang menarik, mereka juga mau dan mampu merogoh kocek hanya untuk sebuah ponsel mahal itu.
Namun, sebagian orang menganggap harga ponsel pintar itu tak masuk akal. Bahkan, disamakan dengan membeli satu unit sepeda motor.
Sementara, banyak anak zaman sekarang yang menggandrungi iPhone meski gaji tak sampai UMR. Belum tentu juga gaji itu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Termasuk, anggaran untuk sekadar ngopi di kafe. Artinya, kemampuan finansial tidak sejalan dengan gaya hidup.
iPhone memang menyuguhkan signature smartphone yang berbeda dari pada ponsel pintar lainnya. Telepon genggam besutan Apple itu memiliki fitur perangkat lunak yang disebut iOS dan toko aplikasi tersendiri. Apalagi, beberapa aplikasi dari iPhone diharuskan berlangganan untuk bisa menikmati sejumlah fiturnya.
Bisa dikatakan iPhone memberi banyak kelebihan yang melampaui fungsi telepon genggam sebagai alat komunikasi. Tentu, sekali lagi, hanya orang yang berkecukupan yang sanggup membelinya.
Artinya, iPhone bukan sekadar kebutuhan, namun keinginan. Jika smartphone sebagai kebutuhan alat komunikasi, orang akan memilih telepon genggam dengan spesifikasi sama, namun memiliki harga jauh lebih murah.
Maka, bisa dipastikan sebagian besar pemilik iPhone adalah orang yang sejahtera secara finansial. Sementara, sebagian kecil lainnya dari pinjaman jasa sewa, beli kredit atau bekas adalah pengikut trend, ingin diakui keberadaan atau keberhasilannya.
Perlu digaris bawahi, bila mampu, silahkan dibeli. Jika tidak, jangan memaksakan diri untuk memiliki. Artinya, lebih bijaklah dalam menentukan gaya hidup dengan kemampuan finansial.
Memang wajar, jika ingin ini dan ingin itu. Akan tetapi, harus memiliki warming untuk diri sendiri.
Syaikh Muhammad Sya'rawi mengatakan:
jangan iri kepada kenikmatan yang melimpah ruah yang pada orang lain. Karena kau tidak tahu, ntah kenikmatan apa yang dicabut oleh Allah darinya.
Kebutuhan Vs Keinginan
Dalam kamus KBBI kebutuhan berasal dari kata butuh, artinya sangat perlu menggunakan atau memerlukan. Biasanya, kebutuhan berkaitan dengan hal-hal primer dalam kehidupan. Yakni, sandang (pakaian) , pangan (makan) dan papan (tempat tinggal).
Sementara, di zaman serba canggih ini 3 hal tersebut mungkin tidak cukup untuk menunjang hidup dan kehidupan. Alat telekomunikasi pun sudah menjadi bagian dari kebutuhan.
Sementara, keinginan adalah bagian sekunder saat semua kebutuhan terpenuhi. Sehingga, harus bijak menentukan gaya hidup. Pasalnya, gaya hidup akan berpengaruh terhadap tingkap konsumsi kebutuhan dan keinginan. Bisa jadi keinginan yang dibalik jadi kebutuhan hehehe.
Jika tidak bijak, maka akan menumbuhkan sifat konsumerisme. Pasalnya, konsumerisme bisa menjadi bumerang menyakitkan pada kemudian hari.
Baca juga:
Ada kasus konsumerisme di negeri tirai bambu yang bikin geleng-geleng kepala. Kasus itu terjadi pada tahun 2011. Seorang remaja bernama Xiao Wang menjual salah satu ginjalnya untuk membeli iPhone impian yang sedang viral saat itu.
Usut punya usut, ginjalnya dijual secara ilegal oleh calo. Wang hanya mendapatkan 3.500 USD dari hasil penjualan ginjal sebesar 35 ribu USD. Fakta lainnya, Wang harus melakukan cuci dari seumur hidupnya, lantaran satu ginjal lainnya mengalami infeksi akibat prosedur transplantasi yang tidak steril.
Merdeka Finansial
Istilah merdeka finansial memang saat ini cukup booming. Merdeka finansial diartikan sebagai seseorang yang mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan memiliki tabungan, investasi serta dana pensiun dan dana darurat. Sehingga, ia mampu menentukan gaya hidup sesuai keinginan.
Hal ini juga menegaskan, untuk mencapai sesuatu dari pada berhutang maka menabung adalah solusinya. Meski sedikit demi sedikit, asalkan konsisten akan menjadi gunung juga. Berikut tips budgeting untuk menabung agar lekas menggunung ya:
1. 50/30/20
Artinya 50 persen dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari dan tagihan. Seperti, belanja makanan, sayur, listrik, air, SPP anak, asuransi dan sebagainya. 30 persen digunakan untuk hiburan dan keinginan lainnya. Misalnya, ke tempat hiburan dan ikuti kelas online berbayar.Kemudian, 20 persen ini untuk tabungan dan investasi. Jangan yang diingat liburan aja tapi lupa nabung ya hehe.. Lebih jelasnya simak yuk video ini
2. 80/20
80 persen dari penghasilan dialokasikan untuk belanja, bayar tagihan, makan, transportasi dan hiburan. Sementara, 20 persen untuk nabung dan investasi. Pada dasarnya, antara metode 50/30/20 dan 80/20 sama. Tinggal memilih manakah yang lebih cocok.Nah, jadi perlu ga sih punya iPhone? Dipikirkan lagi ya?! Tidak memiliki iPhone, gaya hidup pun bisa bahagia kok hahaha
bener banget mba, hiduplah sesuai kebutuhan bukan hanya mengedepankan keinginan dan gaya hidup ya mba....
BalasHapusJangan sampe tetep gaya tapi g makan :(
HapusLagi tren emang si ipon ini, circle nya bertebirin ye beb.. Tapi kalo gak mampu gak usah mekso, aku setuju. Nice share beibeh 😘
BalasHapusResah lihat orang marahin anaknya mainin iponnya. Lantaran takut jatuh. Konsepnya kan g gitu, harusnya mah chill aja. Ka berduit, rusak ya beli lagi hehe
HapusAlhamdulillah masih bisa kontrol diri antara keinginan dan kebutuhan. Apalagi buat kaum emak kaya kita gini. Boro-boro iphone. Mending buat beli susu anak + diapers sis, bisa sama toko-tokonya itu dibeli *eh
BalasHapusIhh bener banget mbak, jadi mak-mak mikirnya cuman susu sama diapers doang 😆
HapusAku baru tau banget ada jasa sewa iphone. Sampe segitunya ya org mau di pandang prestige. Hmmm.
BalasHapusMalah ada yang lebih ekstrim lagi bund. Di sebuah daerah lupa namanya. Di kawasan Afrika ada budaya pop yang komunitasnya bangga pake merk brended. Meski nyewa atau dapat loakan yg penting barang branded. Mereka bangga makenya. Padahal, orang2 ini kelas bawah. Aku lihat di yutub 'pulang sekolah' hehe
Hapus